Rabu, 10 Februari 2010

Pemerintah menacri utang sekitar Rp.10 Triliun ke jepang via samurai bond

Penerbitan Samurai Bond Butuh Persiapan 3 Bulan

Penerbitan kedua obligasi berdenominasi yen atau Samurai Bond dipastikan akan dilakukan pada paruh pertama tahun ini. Dirjen Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan Rahmat Waluyanto mengatakan rencana penerbitan ini membutuhkan persiapan selama 3 bulan.
Persiapan itu harus sejak awal.

"Persiapan itu harus sejak awal. Jadi kalau ditargetkan semester pertama, artinya persiapan juga selama mungkin, karena Samurai Bond perlu waktu 3 bulan. Ya begitu saja rasionalnya," kata Rahmat, saat ditemui di kantor PPN/Bappenas, Jakarta, Senin (8/2/2010).

Namun, dia tidak memastikan berapa jumlah dan waktu penerbitannya. Penerbitan ini, menurutnya, melihat potensi pasar di luar negeri.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan kisaran 750 juta dollar AS hingga 1 miliar dollar AS menjafi target indikatif penerbitan Samurai Bond.

http://bisniskeuangan.kompas.com/rea...siapan.3.Bulan


Saya 'suka' dengan gaya pemerintah pak SBY-Boediono yang didukung penuh partai Demokrat. Terus mencari utang hingga negeri Sakura. Disisi lain, setiap tahun hampir 30% anggaran proyek bocor (laporan KPK). Belum lagi, pengadaan mobil dinas mewah, laptop super mewah, hingga pembelian pesawat mewah daripada membeli pesawat PT DI atau menggunakan fasilitas pesawat komersil. Belum lagi, pembangunan tembok istana..

Btw, yieldnya berapa yah? Jangan-jangan diatas 10% per tahun..

Update
Dari Om-Kabei

Quote:Jakarta - Tingginya bunga atau yield (imbal hasil) surat utang (obligasi) yang ditawarkan pemerintah Indonesia membuat Menteri Keuangan Sri Mulyani dicintai investor asing, dan surat utang pemerintah Indonesia laris dibeli asing.

Demikian disampaikan ekonom Econit Rizal Ramli dalam Econit Economic Outlook di Hotel Sultan Jakarta, Kamis (14/1/2010).

"Yield obligasi negara kita 4,32%, Korea 4,15%, dan Philipina hanya 3,89%. Inilah kenapa mereka cinta Sri Mulyani (Menkeu)," ungkapnya.

Menurut Rizal, keberadaan surat berharga negara seharusnya hanya sebagai instrumen moneter. "Tapi sekarang jadi alat investasi asing," jelasnya.

Rizal menyatakan strategi pinjaman yang sangat agresif serta berlebihan dengan memberikan bunga tinggi berpotensi merugikan negara, karena aliran dana spekulatif (hot money) yang masuk selain berdampak positif bagi nilai tukar rupiah dan indeks, namun juga akan meningkatkan risiko finansial melalui potensi arus balik modal.

"Itu akan menjadi lubang bagi negara," ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, Ekonom Econit lainnya Hendri Saparini menyatakan, langkah pemerintah dalam mengakumulasi pinjaman dipicu oleh tipikal Menkeu yang seperti ibu rumah tangga.

"Mungkin karena tipikal ibu rumah tangga (Menkeu), jadi kumpulin duit dulu dari utang baru mikirin pengeluarannya," ujar Hendri.

(nia/dnl)
http://www.detikfinance.com/read/201...investor-asing

Terbukti tahun 2009 kemarin utang hingga 100-an triliun, surplus 70 triliun...

sumber : kaskus.us

Tidak ada komentar:

Posting Komentar